RISET AKSI PENINGKATAN KEMAMPUAN LINGUISTIK FORENSIK BAGI PENYIDIK POLRI

Abstrak

Tindak kejahatan melalui bahasa kini dipermudah dengan hadirnya internet pada era digital, misalnya melalui whatsapp, line, SMS, facebook, instagram, kanal YouTube, dan sebagainya. Media sosial dengan segala jenisnya turut memudahkan terjadinya tindak kejahatan berbahasa, karena adanya media yang berbeda dalam melakukan tindak kejahatan, yakni melalui media elektronik dan nonelektronik, Indonesia memberlakukan aturan hukum yang berbeda di antara keduanya.  Fakta di lapangan, penanganan kasus dengan pendekatan linguistik forensik relatif jarang dilakukan dengan maksimal karena keterbatasan kemampuan penyidik di bidang linguistik forensik dilakukan riset aksi dengan cara mengintervensi pengetahuan linguistik forensik kepada para penyidik Polri, baik dengan praktikum kasus, maupun penerapan metode Aplikasi ELAN (EUDICO Linguistic Annotator) dan PRAAT, serta software AntConc versi 3.5.9 dan AntWordProfiler 1.5.1. Riset aksi dilakukan di empat Polda, yaitu Polda Nusa Tenggara Timur, Polda Sulawesi Utara, Polda Jawa Timur dan  Polda Sumatera Utara.  Kendala yang dihadapi para penyidik dalam menangani kasus hukum yg berpangkal dari aspek kebahasaan adalah para penyidik di Polres-Polres  kesulitan mendapatkan saksi ahli karena tidak adanya saksi ahli yang dianggap memiliki kapabilitas di bidang linguistik forensik, kurang terdukungnya sarana prasarana IT untuk mengungkap kejahatan berbasis bahasa, belum memadainya kemampuan para penyidik dalam pemahaman linguistik forensik dan penggunaan peranti lunak maupun IT terkait linguistik forensik, kurang memadainya anggaran lidik sidik, terutama di wilayah kepulauan dan kurang mampunya para penyidik mengidentifikasi ujaran atau wacana yang dianggap sebagai tindak kejahatan atau menggunakan analisis kebahasaan untuk mengungkap kasus kejahatan

Kata kunci : peningkatan kemampuan, linguistik forensik, penyidik Polri